WISATA SEJARAH/EDUCATION

MUSEUM ANAK KALONG TANGGA




Museum Anak Kolong Tangga terletak di bawah kolong tangga concert hall Taman Budaya Yogyakarta. Museum yang digagas oleh pria berkebangsaan Belgia ini merupakan museum mainan anak-anak yang pertama ada di Indonesia.
Anak-anak dan mainan adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan, karena dunia anak adalah dunia bermain. Seiring kemajuan jaman dan perkembangan teknologi, aneka mainan tradisional banyak yang menghilang dan dilupakan oleh anak-anak generasi sekarang. Beranjak dari keprihatinan akan hal tersebut, maka Rudi Corens seorang berkebangsaan Belgia yang sudah lama tinggal di Indonesia mendirikan sebuah museum untuk anak-anak.
Mengambil tempat di bawah kolong tangga gedung pameran dan concert hall Taman Budaya Yogyakarta, museum ini pun dinamakan Museum Anak Kolong Tangga. Museum ini memiliki lebih dari 10.000 koleksi yang terdiri dari mainan (toys), buku cerita, poster, gambar, dan masih banyak lagi. Koleksi tersebut tidak hanya berasal dari Indonesia namun juga dari benua lain.
Uniknya, mainan yang ada di museum ini bukanlah mainan anak-anak hasil buatan pabrik melainkan mainan tradisional buatan tangan yang mengandung unsur budaya, tradisi, bahkan mitos pada jamannya. Beberapa jenis mainan yang bisa ditemui antara lain kuda-kudaan dari katu, mainan motor kayu, miniature rumah-rumahan, gasing dari berbagai negara, laying-layang, dan masih banyak lagi. Yang pasti di tempat ini pengunjung bisa belajar tentang banyak hal.

Workshop Untuk Anak-Anak dan Pengunjung

Bagi pengunjung yang datang secara rombongan (minimal 15 orang), pengunjung dapat meminta kepada pihak pengelola museum untuk diadakan workshop permainan tradisional. Selain workshop untuk pengunjung, museum ini juga sering mengadakan workshop dan aneka kegiatan untuk anak-anak di akhir pekan. Kegiatan tersebut bisa berupa story telling, belajar membuat kerajinan tangan, menari, dan masih banyak lagi. Selain mengikuti workshop dan menyaksikan aneka koleksi mainan yang menarik, pengunjung juga bisa membeli mainan tradisional yang dijual di tempat ini dengan harga terjangkau.
Lokasi Museum dan Jam Buka
Museum Anak Kolong Tangga terletak di kompleks TBY, Jl Sriwedari No 2, tak jauh dari Kawasan Titik Nol Yogyakarta. Museum ini buka pada hari Selasa – Jumat (09.00 – 13.00 WIB) dan Sabtu – Minggu (09.00 – 16.00 WIB)..
LOKET
Dewasa 50000
Bagi pengunjung yang berusia di bawah 15 tahun tidak perlu membayar tiket masuk
http://www.njogja.co.id/museum-dan-monumen/museum-anak-kolong-tangga-museum-mainan-anak-pertama-di-indonesia/




MUSEUM SENOBUDOYO
Museum Sonobudoyo merupakan museum terlengkap di Indonesia setelah Museum Nasional di Jakarta yang memuat koleksi kesenian dan kebudayaan. Museum Sonobudoyo awalnya merupakan yayasan yang bergerak dalam bidang kebudayaan Jawa, Madura, Bali dan Lombok yang bernama Java Institut yang berdiri tahun 1919 di Surakarta. Selanjutnya pada tahun 1924 berhasil mendirikan museum di Yogyakarta yang diberi nama Sonobudoyo. Pada awalnya museum ini mempunyai koleksi puluhan ribu artefak bersejarah.
Selanjutnya pada tanggal 6 November 1935, Museum Sonobudoyo diresmikan oleh Sri Sultan Hamengku Buwono VIIyang ditandai dengan candra sengkala “ Kayu Kinayang Ing Brahmana Budha “. Museum ini di kelola oleh Kantor Sosial Bagian Pengajaran pada masa pendudukan Jepang. Selanjutnya setelah kemerdekaan museum Sonobudoyo ini dikelola oleh Pemerintah Provinsi DIY. Pada tahun 1974 Museum Sonobudoyo ini sempat diserahkan kepada Departeman Pendidikan dan Kebudayaan. Kemudian setelah adanya kebijaksanaan otonomi daerah, pengelolaan museum ini kembali diserahkan kepada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Yogyakarta.
Museum Sonobudoyo sekarang terbagi menjadi dua unit yang letaknya terpisah. Unit pertama museum ini terletak di dekat alun-alun utara keraton Yogyakarta ini memiliki bentuk bangunan rumah joglo bergaya Masjid Keraton Kasepuhan Cirebon yang dilengkapi dengan pendapa kecil dan besar, gandok kiri dan kanan Sedangkan Museum Sonobudoyo unit kedua terletak di daerah Wijilan.
Museum Sonobudoyo merupakan museum yang bersifat umum karena memuat sekiyar 10 jenis koleksi museum yang dikategorikan sebagai berikut : Teknologi, Geologi, Seni Rupa, Biologi, Keramologi, Etnografi, Filologika, Arkeologi, Numismatika dan Historika.
Senjata Keris merupakan salah satu jenis koleksi yang dimiliki oleh museum sonobudoyo ini. Tercatat sekitar 1200 buah keris yang menjadi koleksi dari museum ini yang berasal dari berbagai penjuru daerah nusantara. Keris –keris yang berada di museum ini mempunyai bentuk dan tipe yang bermacam-macam. Misalnya keris-keris Jawa yang berbentuk keris luk 7, keris luk 11, keris luk 13, keris lurus dan keris dengan berbagai macam pamor. Seanjutnya keris dari luar Jawa berasal dari Aceh yang berupa keris rencong, Mandau dari Kalimantan, keris dari Madura dan Bali serta keris dari Sulawesi. Museum ini juga mempunyai koleksi sebuah bahan baku pembuatan keris sekitar tahun 700 Masehi yang benama Wesi Buddha.
Terdapat juga koleksi yang berupa benda-benda peninggalan dari masa prasejarah sampai dengan masa datangnya Islam di Indonesia. Barang-barang koleksi tersebut seperti kapak batu, teracota, kubur batu, wayang, topeng, kain batik dan lain-lain. Terdapat juga koleksi unggulan yang berupa topeng emas Puspa Sarira yang terbuat dari bahan emas yang merupakan perwujudan dari Gayatri.
Museum Sonobudoyo ini juga menyimpan naskah dan buku-buku yang berhubungan dengan kebudayaan yang seringkali museum ini digunakan untuk tempat penelitian dan mencari referensi.
Fasilitas
Fasilitas penunjang yang tersedia ditempat ini berupa koleksi buku dan naskah yang menggambarkan kebudayaan Indonesia, ruang laboratorium konversi, pendopo untuk ruang pengunjung.
Museum Sonobudoyo Unit I mempunyai Auditorium yang dapat digunakan untuk ruang rapat, pelatihan atau seminar yang berkapasitas 75 orang untuk lantai pertama dan 100 orang untuk lantai dua
Museum Sonobudoyo Unit II mempunyai Ruang Serbaguna yang berkapasitas 500 orang yang dapat digunakan untuk tempat pernikahan dan sarasehan yang dilengkapi dengan AC, sound system, kursi lipat, meja seminar dan ruang transit berkapasaitas 15 orang.


LOKASI
Lokasi
   Museum Sonobudoyo terbagi menjadi 2 unit, Unit pertama terletak di Jl.Trikora no.6 Yogyakarta dan Unit dua terletak di Ndalem Condrokiranan Wijilan Yogyakarta.
   Akses
 Museum Sonobudoyo terletak di tengah kota yang dapat diakses dengan mudah dari segala arah. Semua alat transportasi dapat dipakai untuk mencapai tempat ini seperti : kendaraan pribadi, bus trans Jogja, bus kota, taxi, becak, andong dan sepeda. Anda juga dapat mencapai tempat ini dengan berjalan kaki bila dari kawasan Malioboro.
LOKET
Harga Tiket
Harga tiket untuk memasuki museum ini :
·         Untuk Dewasa Rp.5.000,-
·         Anak-anak Rp.3.500,-
·         Rombangan : Untuk Dewasa Rp.4.500,- dan untuk anak-anak Rp.3.000,-
·         Wisatawan Asing sebesar Rp.10.000,-
·         Menonton Pagelaran wayang orang Rp.20.000,-





 TUGU JOGJA



Tugu Yogyakarta atau yang lebih dikenal sebagai Tugu Malioboro ini mempunyai nama lain Tugu Golong Gilig atau Tugu Pal Putih merupakan penanda batas utara kota tua Yogya. Tugu Yogya bukanlah tugu sembarang, tapi tugu Yogya ini adalah tugu yang memiliki mitos yang sangat bersejarah dan sejuta misteri di dalamnya, sehingga menjadi salah satu keistimewaan yang dimiliki kota Yogya.

Tugu Yogya dibangun pada tahun 1755 oleh Sri Sultan Hamengku Buwono I, pendiri kraton Yogyakarta yang mempunyai nilai simbolis dan merupakan garis yang bersifat magis menghubungkan Laut Selatan, Kraton Yogya dan Gunung Merapi.

Pada saat awal berdirinya, bangunan ini secara tegas menggambarkan Manunggaling Kawula Gusti, semangat persatuan rakyat dan penguasa untuk melawan penjajahan.Semangat persatuan atau yang disebut golong gilig itu tergambar jelas pada bangunan tugu, tiangnya berbentuk gilig (silinder) dan puncaknya berbentuk golong (bulat), hingga akhirnya dinamakan Tugu Golong-Gilig.Keberadaan Tugu ini juga sebagai patokan arah ketika Sri Sultan Hamengku Buwono I pada waktu itu melakukan meditasi, yang menghadap puncak gunung Merapi. Bangunan Tugu Jogja saat awal dibangun berbentuk tiang silinder yang mengerucut ke atas, sementara bagian dasarnya berupa pagar yang melingkar, sedangkan bagian puncaknya berbentuk bulat. Ketinggian bangunan tugu golong gilig ini pada awalnya mencapai 25 meter

Kondisi Tugu Yogya ini berubah total pada 10 Juni 1867, di mana saat itu terjadi bencana alam gempa bumi besar yang mengguncang Yogyakarta, yang membuat bangunan tugu runtuh. Runtuhnya tugu karena gempa inilah yang membuat keadaan dalam kondisi transisi karena makna persatuan benar-benar tak tercermin pada bangunan tugu.

Pada tahun 1889, keadaan Tugu benar-benar berubah, saat pemerintah Belanda merenovasi seluruh bangunan tugu. Kala itu Tugu dibuat dengan bentuk persegi dengan tiap sisi dihiasi semacam prasasti yang menunjukkan siapa saja yang terlibat dalam renovasi itu. Bagian puncak tugu tak lagi bulat, tetapi berbentuk kerucut yang runcing.







MUSEUM AFFANDI




Museum Affandi terletak di Jalan Laksda Adisucipto 167, yaitu jalan utama yang menghubungkan kota Yogyakarta dan Solo, di tepi barat Sungai Gajahwong. Letaknya sangat strategis sebagai salah satu kompleks museum seni lukis di Yogyakarta. Kompleks museum menempati tanah seluas 3.500 meter persegi terdiri atas bangunan museum beserta bangunan pelengkap, dan bangunan rumah tempat tinggal pelukis Affandi dan keluarganya. Lahan yang berteras tidak menghambat Affandi dalam menciptakan tata letak bangunan beserta lingkungannya. Pembangunan kompleks museum ini dilakukan secara bertahap dan dirancang sendiri oleh Affandi.
·         GALERI
Pada tahun 1962 Affandi selesai membangun Galeri I dengan luas bangunan 314,6 meter persegi sebagai ruang pameran bagi sejumlah hasil karya lukisnya. Bangunan Galeri I ini kemudian diresmikan oleh Direktur Jenderal Kebudayaan, Prof.Ida Bagus Mantra, pada tahun 1974.
Pada Galeri I dapat disaksikan hasil karya Affandi yang berupa lukisan dari tahun-tahun awal hingga tahun terakhir semasa hidupnya. Lukisan tersebut terdiri atas sketsa-sketsa di atas kertas, lukisan cat air, pastel, serta cat minyak di atas kanvas.
Hasil karya dua buah patung potret diri yang terbuat dari tanah liat dan semen, serta sebuah reproduksi patung karyanya berupa potret diri bersama putrinya, Kartika, yang aslinya menjadi koleksi Taman Siswa Jakarta.
Sebuah mobil Colt Gallant tahun 1976 adalah mobil kesayangan semasa hidupnya yang telah dimodifikasi sehingga menyerupai bentuk ikan yang terpajang di dalam ruangan ini pula. Selain itu terdapat sepedanya dan sejumlah reproduksi di atas kanvas dan kertas.
GALERI
Pada tahun 1987, Presiden Soeharto memberikan bantuan berupa pendirian sebuah bangunan Galeri II, yang menempati areal tanah seluas 351,5 meter persegi. Bangunan Galeri II ini kemudian diresmikan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Prof. Dr. Fuad Hassan, pada tanggal 9 Juni 1988. Galeri III didirikan pada tahun 1997 dan diresmikan oleh Sri Sultan HB X pada tanggal 26 Mei 2000 dan dibangun atas ide dasar yang sama dengan bangunan lainnya antara kompleks museum yang menggunakan bentuk garis melengkung dengan atap yang membentuk pelepah daun pisang.
Galeri III mempunyai tiga lantai bangunan, lantai I digunakan untuk ruang pameran, lantai II untuk ruang perawatan/perbaikan lukisan, dan ruang bawah tanah sebagai ruang penyimpanan lukisan.
Di dalam Galeri III dipajang karya keluarga Affandi, sulaman Maryati, lukisan Kartika dan Rukmini. Sebagai bagian dari kompleks Museum Affandi, rumah tinggal Affandi dan keluarganya berbentuk rumah panggung dengan konstruksi tiang penyangga utama dari beton dan tiang-tiang kayu, dan atap dari bahan sirap yang membentuk sebuah pelepah daun pisang. Bangunan yang ada di kompleks museum ini seluruhnya spiral lengkung dan bagian atap membentuk pelepah daun pisang. Bagian atas rumah panggung merupakan kamar pribadi Affandi, sedangkan bagian bawah digunakan sebagai ruang duduk tamu serta garasi mobil.
GEROBAK
Sebuah gerobak telah dimodifikasi menjadi sebuah kamar, lengkap dengan dapur dan kamar kecilnya, dibangun Affandi atas permintaan Maryati, istrinya sebagai tempat istirahat di siang hari dan tempat meyulam karya-karyanya. Bentuk gerobak menjadi ide pilihan Affandi, ketika semula Maryati menginginkan ‘karavan’ (yang banyak digunakan masyarakat Amerika sebagai sarana tempat tinggal yang mudah berpindah tempat).
Bangunan lain yang terdapat di kompleks Museum Affandi ini merupakan bangunan pelengkap, yang dahulu difungsikan Affandi sebagai bangunan keluarga, yang direncanakan sebagai ruang untuk konservasi lukisan,guesthouse, dan lain sebagainya. Kolam renang keluarga tempat berkumpulnya Affandi beserta anak cucu pada saat tertentu.
Sebagai tempat peristirahatannya yang terakhir, Affandi wafat pada tanggal 23 Mei 1990 dan telah memilih tempat pemakamannya di antara dua bangunan Galeri I dan Galeri II, berdampingan dengan istrina Maryati, dikelilingi lukisan hasil karyanya, serta rimbunan tanaman dan mawar di sekitarnya.
STUDIOSORRANDU
Studio Sorrandu adalah sebagai tempat ruang pamer dan sanggar kreatif seni ‘Gajah Wong’ dimana anak-anak maupun dewasa dapat belajar mengembangkan inovasi, kreativitas, dan bakatnya di bidang seni rupa.
Sumber: ‘Biography dan Museum Affandi’ (Penerbit Museum Affandi. Cetakan ke-2, Tahun 2008)

LOKASI

Alamat:
MUSEUM AFFANDI
Jl.LaksdaAdisucipto167Yogyakarta 55281
Telp. 0274-562 593

LOKET
JamKunjungan: Senin-Minggu 09.00-16.00
Hari libur nasional tutup
Note: Untuk hari Minggu kami menyarankan pengunjung menghubungi museum terlebih dahulu karena terdapat kemungkinan museum tidak buka.Tiket:
Tiket Rp 20.000 (bonus pensil dan kupon soft drink di Cafe Loteng)
Note: Dulu kamera dikenakan biaya Rp 10.000, sekarang tidak diperbolehkan memotret di dalam galeri.



MUSEUM SASMITALOKA



Kata Sasmitaloka berasal dari bahasa Jawa, Sasmita yang berarti pengeling-eling, megingat, mengenang. sedangkan Loka berarti tempat. Jadi,Sasmitaloka berarti tempat untuk mengingat atau mengenang. Museum ini merupakan tempat untuk mengenang pengabdian dan pengorbanan dari Panglima Besar Jenderal Sudirman. Gedung tua nan usang ini bercerita banyak tentang kehidupan Sang Jendral sebagai seorang suami dan ayah, serta pemimpin tertinggi kemiliteran. Seorang Jenderal yang tidak pernah menyerah pada penjajahan, bahkan oleh penyakit yang dideritanya. Ibarat memasuki sebuah mesin waktu yang memutar mundur ke masa dimana Sang Jendral Besar hidup, pengunjung benar-benar merasakan atmosfir yang hampir sama, tenggelam ke dalam kenangan Sang Jendral Besar.
Museum Sasmitaloka Panglima Besar Jenderal Sudirman terletak di Jalan Bintaran Wetan, no: 3 Yogyakarta dahulunya merupakan kediaman pribadi Sang Jendral.
Gedung ini dibangun pada masa pemerintahan Hindia Belanda pada tahun 1890, arsitektur bergaya Belanda mendominasi bangunan ini. Museum ini memiliki sejarah yang sangat panjang. Pada awal berdirinya, diperuntukkan bagi pejabat keuangan Pura Paku Alam VII, Tuan Winschenk. Pada masa penjajahan Jepang bangunan dikosongkan dan barang-barangnya disita. Selanjutnya di era kemerdekaan, digunakan sebagai Markas Kompi Tukul dari batalion Soeharto. Sejak tanggal 18 Desember 1945 hingga 19 Desember 1948, beralih fungsi menjadi kediaman resmi Jenderal Sudirman setelah menjadi Panglima Tertinggi TKR. Selanjutnya saat Agresi Belanda II, digunakan sebagai Markas IVG Brigade T dan setelah kedaulatan Republik Indonesia tanggal 27 Desember 1949, berturut-turut dipakai sebagai kantor Komando Militer Kota Yogyakarta, kemudian digunakan untuk asrama Resimen Infantri XIII dan penderita cacat (invalid). Tanggal 17 Juni 1968 dipakai untuk Museum Pusat Angkatan Darat, sebelum akhirnya diresmikan sebagai Museum Sasmitaloka Panglima Besar (Pangsar) Jenderal Sudirman pada tanggal 30 Agustus 1982.
Benda-benda Koleksi Museum
Museum Sasmitaloka Pangsar Soedirman memiliki 599 buah benda koleksi, yang terdiri dari jenis logam, kayu, kulit, kertas dan kain yang dipamerkan dalam 14 ruangan.
Ruang Pameran
Memasuki Sasmitaloka dari pintu utara, pengunjung akan melihat prasasti Pangsar Soedirman, sementara itu dihalaman depan bangunan induk terdapat sebuah monumen Sang Jendral Besar menunggang kuda dengan gagahnya, yang dikeempat sisinya terpatri tulisan. Sementara disisi utara monumen terdapat satu senjata mesin dan sebuah meriam disisi selatannya.
Bangunan induk memiliki tiga pintu dibagian depannya dan sebuah pintu dibagianbelakang yang menghubungkan dengan aula. Bangunan induk memiliki 6 ruangan yang saling berhubungan.
a)      Ruang Tamu
Terletak di bagian terdepan dari bangunan induk, ruangan ini berfungsi sebagai tempat menerima tamu, baik keluarga, maupun pejabat. Di ruangan ini terdapat dua set meja dan kursi, tanda penghargaan berupa bintang R I tingkat II, bintang gerilya, bintang Mahawira, Satya Lencana perang kemerdekaan kesatu dan kedua. Koleksi lainnya yang dipamerkan diruang tamu berupa tanda penghargaan medali bintang R I tingkat I.
b)      Ruang Santai
Terletak dibagian belakang ruang tamu, ruangan ini tidak hanya digunakan sebagai tempat untuk membimbing putra-putri beliau tetapi juga tempat beliau mendiskusikan  masalah-masalah yang berkaitan dengan perjuangan bangsa Indonesia. Pengunjung dapat melihat satu set meja dan kursi, radi merk Philips,foto-foto, lukisan sera perabot rumah tangga yang pernah beliau gunakan semasa hidup.
c)      Ruangan Kerja
Terletak disebelah utara ruang santai, di ruangan ini lah Pak Dirman menyelesaikan tugas-tugasnya serta mengatur kebijaksanaan perjaungan TNI. Benda-benda koleksi yang dipamerkan antara lain; pesawat telepon (digunakan sebagai alat komunikasi Pangsar TKR), satu set meja dan kursi, kursi tamu, lemari arsip, pistolvickers, pistol mitraliursten, senapan lee enfild, samurai (digunakan sewaktu masih menjadi Daidanco PETA di Kroya pada tahun 1944-1945), serta piagam penghargaan tanda jasa.
d)      Ruang Tidur Tamu
Terletak di sisi timur, terhubung langsung dengan ruang kerja. Ruang tidur ini diperuntukkan tamu Pak Dirman, baik saudara maupun rekan-rekan seperjuangan. Benda-benda koleksi yang dipamerkan antara lain; tempat tidur, satu set meja dan kursi, patung Pangsar beserta Jendral Oerip Soemohardjo dan sebuah lemari pakaian.
e)       Ruang Tidur Pangsar
Terletak dibagian selatan ruang santai, ruangan ini merupakan kamar pribadi beliau dan sang istri Ny Siti Alfiah. Di ruangan ini terdapat; seperangkat meja dan kursi, tempat tidur, mesin jahit merk singer, patung lilin Sang Jendral yang sedang duduk di kursi malas, Lukisan Bu Dirman, Lukisan Pak Dirman bersama Bu Dirman, serta Cermin / kapstok.
f)        Ruang Tidur Putra-putri Pak Dirman
Terletak di bagian barat bangunan induk, ruangan ini terhubung langsung dengan ruang tidur Pak Dirman yang terletak di sisi barat. Di ruangan ini terdapat dua buah tempat tidur, satu set meja dan kursi serta foto-foto keluarga.
Di sayap utara rumah induk terdapat bangunan dengan tiga ruangan; ruang sekretariat di bagian terdepan, ruang Palagan Ambarawa serta Ruang RS Panti Rapih.
g)      Ruang Sekretariat (Ruang Pemilihan Pangsar APRI)
Terletak di sayap utara rumah induk, ruangan ini dipakai sebagai tempat penyimpanan koleksi sejarah yang erat kaitannya dengan pemilihan Jabatan Panglima Besar TKR. Ruangan ini terhubung langsung dengan ruang Palagan Ambarawa. Benda-benda koleksi yang terdapat didalamnya seperti; seperangkat meja dan kursi, yang mana digunakan sewaktu mengusulkan komandan divisi V / Purwokerto Kol. Soedirman diangkat menjadi Pangsar TKR dihadapan Oerip Soemohardjo dan Gatot Soebroto, koleksi lainnya adalah sumpah anggota pimpinan tentara yang diucapkan Pangsar Jendral Soedirman.
h)      Ruang Palagan Ambarawa
Ruangan ini menggambarkan tentang pertempuran Ambarawa yang terjadi antara Pasukan TKR dalam usaha mengusir sekutu Inggris dari Magelang, Ambarawa, dan Semarang. Pengunjung dapat melihat maket dan peta pertempuran Ambarawa, senjata Juki Jepang (hasil rampasan di Kido Butai Purwokerto), dan juga senjatawater wantel buatan Inggris (hasil rampasan Palagan Ambarawa).
i)        Ruang RS Panti Rapih
Ruangan ini merupakan replika ruang Maria kamar 8 VIP 8 RS Panti Rapih Yogyakarta, tempat dimana Pak Dirman dirawat. Beliau menderita sakit paru-paru, sehingga harus dioperasi. Ditengah situasi yang memanas (saat itu APRI sedang berupaya menumpas Pemberontakan PKI Madiun 1948), pak Dirman menjalani operasi. Kendati demikian dalam keadaan sakit sekalipun beliau masih mampu menyusun rencana militer dengan para perwira lainnya, sekalipun harus duduk di kursi roda. Benda-benda yang terdapat di dalam ruangan ini berupa replika bangsal lengkap dengan tempat tidur, meja dan kursi, serta kliping koran yang tergantung di dinding ( berisi artikel Pak Dirman Yang jatuh sakit).
j)        Ruang Koleksi Kendaraan
Koleksi dokar yang dipamerkan di ruangan ini merupakan dokar yang pernah dinaiki Pak Dirman dari Playen menuju Semanu (Gunung Kidul), selanjutnya mobil yang dipamerkan adalah mobil Chevrolet-styemaster buatan USA (mobil ini digunakan untuk menjemput Pak Dirman di tepi jembatan kali Oya sekembalinya beliau dari Gerilya, mobil ini juga merupakan kendaraan pribadi beliau.
Setelah puas menjelajah ke ruang koleksi kendaraan, pengunjung wajib melihat ruangan Gunung Kidul dan Sobo, terletak di ujung timur bangunan yang terletak di bagian sayap selatan rumah induk, Ruangan ini terhubung langsung dengan ruang diorama, ruang koleksi pribadi serta ruang dokumentasi.
k)      Ruang Gunung Kidul dan Sobo
Saat akan melangkah masuk ke ruangan ini, tepatnya di depan pintu masuk terdapat semboyan Pangsar Soedirman yang menggambarkan loyalitas dan dedikasi beliau terhadap bangsa dan negaranya; “robek-robeklah badanku, Potong-potoglah jasadku ini, tetapi jiwaku yang dilindungi benteng sang merah putih tetap hidup, tetap menuntut bela siapapun lawan yang bakal dihadapi”.
Sewaktu perang Gerilya Pak Dirman pernah singgah beberapa hari di Semanu Gunung Kidul dan Sobo Pacitan. Pada saat beliau di Sobo inilah beliau mulai melaksanakan tugasnya sebagai Pangsar secara teratur serta memantau perkembanagn situasi ibu kota RI Yogyakarta, terutama saat akhir serangan Umum 1 Maret. Benda-benda koleksi yang terdapat di ruangan ini berupa; dua buah dipan, meja dan kursi, padasan (tempat wudlu), peralatan makan dan minum, maket gerilya di Sobo serta lukisan yang menggambarkan perang Gerilya.
l)        Ruang Diorama
Ruangan ini terbagi atas tiga buah diorama yang menggambarkan sebagai berikut;
a.     Diorama pertama menggambarkan perjuangan Sang Jendral pada saat Agresi Militer Belanda kedua
b.     Diorama kedua menggambarkan situasi selama beliau memimpin perang Gerilya.
c.     Diorama ketiga menggambarkan situasi selama beliau melancarkan gerilya di markas Gerilya Sobo Pacitan. Disamping koleksi diorama terdapat pula tandu, tongkat dan peta rute gerilya.
m)    Ruang Koleksi Pribadi
Saat akan memasuki ruang koleksi pribadi pengunjung disuguhi dengan koleksi foto-foto pribadi Pak Dirman, sebuah surat pribadi yang ditujukan kepada beliau, yang ditulis Presiden Pertama RI “Soekarno”, foto-foto kegiatan Pak Dirman, mantel dan pakaian yang pernah beliau kenakan, serta foto-foto pemakaman beliau.

LOKASI
Museum Sasmitaloka Panglima Besar Jenderal Sudirman
Pengelolaan                        ; Pemerintah, dibawah TNI AD.
Kepala Museum                  : Letkol. inf. Supriyanto Bowo Santoso.
Perwira Seksi Sasmitaloka : Kapt. Heru Santoso.
Pegawai / staff museum    : 9 0rang.
Alamat:
Jl. Bintaran Wetan No. 3 Yogyakarta
Phone: +62 274 376663
LOKET
Visiting hours:
Hari Senin s/d Kamis        : Pukul 08.00 – 14.00
Hari Sabtu & Minggu        ; Pukul 08.00 – 12.00
Hari Jum’at dan Hari Besar: Tutup
Biaya Masuk                        : Sukarela


 

AYO KE JOGJA LAGI Template by Ipietoon Cute Blog Design